Radio himmahfm bisa di dengarkan langsung ke webnya http://www.himmahfm.com
dan biasa juag lewat winamp http://radiohimmahfm.serverroom.us:7744/listen.pls
Radio Himmah fm adalah media dakwah milik mahasiswa dan alumnus Indonesia Universitas Al-Ahgaff, Yaman. Meski baru resmi berdiri selama dua tahun, radio online yang juga disiarkan oleh beberapa radio swasta di tanah air ini telah berhasil menyedot banyak pendengar dari pelbagai penjuru dunia. Bagaimanakah hiruk-pikuk aktivitas penyiaran di markas radio yang terletak di lantai empat Gedung Rektorat Universitas Al-Ahgaff, Mukalla itu? Serta bagaimanakah lika-liku perjalanan Himmah? Berikut laporannya.
Rabu (24/10) pagi, aktivitas pendidikan di kota Mukalla tampak sepi. Jalan pusat menuju Gedung Rektorat Universitas Al-Ahgaff tampak lengang. Hanya sesekali kendaraan yang terlihat lewat. Padahal di hari-hari biasa, jalan tersebut selalu ramai oleh lalu lalang para pelajar dan mahasiswa. Benar saja, kami berkunjung ke sana di saat hari libur menjelang Idul Adha.
Dari kejauhan, gedung besar berlantai lima dengan cat putih terlihat kokoh berdiri. Itulah Gedung Pusat Al-Ahgaff University. Universitas yang didirikan oleh Habib Abdullah bin Mahfudz al-Haddad pada tahun 1994 ini memang berkantor pusat di Mukalla, ibu kota Propinsi Hadhramaut. Segenap komponen yang dimilikinya, seperti gedung fakultas, language center atau gedung persiapan mahasiswa baru dan gedung rektorat, semuanya berada di kota yang terletak di ujung semenanjung Arab tersebut. Hanya gedung Fakultas Syariah & Hukum saja yang sengaja diletakkan di kota Tarim, mengingat kemasyhurannya sebagai pusat Ulama.
Sampai disana kami disambut hangat oleh beberapa mahasiswa pascasarjana, yang bertugas sebagai penanggung jawab penyiaran, diantaranya adalah Idrus Fi’li.
“Ahlan wa Sahlan, silahkan masuk!” sambut alumnus S1 tahun 2009 itu dengan senyum ramah. Kami lalu memasuki ruangan yang di pintunya tertempel plat bertuliskan Arab yang berarti: Ruang Siaran. “Inilah studio Himmah FM,” ujar operator Himmah asal Sulawesi Tengah itu, sambil mempersilahkan kami duduk.
Selama ini, keberadaan radio yang mulai dirintis tahun 2008 tersebut memang lebih dirasakan oleh para pendengarnya di tanah air, dan di belahan dunia yang lain, daripada para mahasiswa dan alumnus al-Ahgaff sendiri. Karenanya, kedatangan kami sebagai pengurus AMI (Asosiasi Mahasiswa Indonesia) Al-Ahgaff, salah satunya untuk membicarakan relasi, peran, serta partisipasi mahasiswa dalam memajukan media dakwah ini.
Tata letak studio seluas kurang lebih 7 x 7 meter itu cukup sederhana. Terdapat dua unit perlengkapan komputer untuk operasi penyiaran. Di atas sebuah meja persegi panjang, terdapat micropon berukuran jumbo beserta seperangkat headseat. Melalui alat itulah, Himmah tersiar ke seluruh penjuru dunia. Untuk antisipasi pemadaman listrik yang tiba-tiba saat siaran, Himmah memiliki satu mesin penyimpan daya yang dibeli seharga USD 750 .
“Dengan alat tersebut, Himmah tidak perlu khawatir lagi saat Yaman sedang musim padam listrik,” cetus Idrus sembari tertawa kecil.
Ia lantas menceritakan, bahwa keberadaan Himmah sebenarnya dimulai dari “iseng”. Segalanya bermula dari sebuah tawaran Radio Madu FM Tulungagung pada pertengahan tahun 2008 yang ingin menyiarkan acara dakwah dari mahasiswa Yaman. Permohonan tersebut diajukan kepada Ust. Faiz Nur Kholis, MA, yang kala itu masih menempuh jenjang pascasarjana. Meski agak ragu disebabkan berbagai kendala, khususnya akomodasi yang belum memadai, tawaran tersebut diterima. “Acara yang kami siarkan pertama kali adalah pengajian Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali,” ujar Ustadz Faiz sambil mengenang kisahnya.
Tak dinyana, acara itupun mendapatkan rating yang tinggi dari pendengar Radio Madu. Terlebih ketika memasuki bulan suci Ramadlan. Namun sayang, baru dua tahun berjalan, hubungan komunikasi dengan Radio Madu mengalami gangguan.
Maka di awal tahun 2010, Ust. Faiz melalui hasil diskusi bersama beberapa rekan pascasarjana, diantaranya Idrus Fi’li dan Ikrom Rijal, memutuskan untuk mendirikan radio secara mandiri. Hanya saja saat itu mereka belum menemukan nama radio yang pas. Saat itikad itu diajukan kepada rektor Universitas Al-Ahgaff, Prof. Habib Abdullah bin Muhammad Baharun, beliau memberikan saran untuk menamakannya dengan Himmah. Kebetulan, sang rektor saat itu baru kembali dari kunjungannya ke Indonesia. Himmah sendiri merupakan singkatan dari Himpunan Mahasiswa dan Alumnus Al-Ahgaff. “Jadi, radio ini memang media dakwah milik mahasiswa dan alumnus,” tambah Idrus yang sudah berencana balik ke tanah air tahun depan.
Kiprah Radio Himmah dalam ranah dakwah memang berhasil menyedot banyak peminat. Kini Himmah telah menjadi radio online yang bisa diakses setiap hari melalui website resminya, www.himmahfm.com, dengan eskalasi pendengar yang sudah mencapai 15 ribu perhari. Bahkan, pendengar setia Himmah justru didominasi oleh Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di negara-negara maju, seperti Amerika, Belgia, Belanda, New Zealand, Rusia, Hongkong, Busan, dan Korea. Diantara mereka ada yang sampai membuat komunitas pendengar Himmah. “Komunitas pendengar Himmah yang berada di Amerika bahkan telah menyumbangkan satu alat sound blaster,” kata Ust. Faiz yang saat ini juga aktif mengelola website Hadramaut Info.
Sedangkan di tanah air sendiri, Himmah disiarkan oleh tiga radio dakwah swasta, yaitu Radio Ku Cirebon (milik Buya Yahya), MBS Gresik, dan MBS Blitar. Dua radio yang terakhir merupakan radio dakwah yang dikelola Pondok Pesantren Mambaus Shalihin, Suci, Gresik. Perlahan namun pasti, keberadaan Himmah juga mulai dirasakan oleh beberapa LSM di tanah air. Khususnya lembaga kajian keislaman di beberapa universitas di Indonesia. Terbukti, pertengahan 2011, kru Himmah pernah diundang melakukan dialog interaktif melalui siaran radio bersama Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (Yogyakarta), dan Universitas Tri Sakti. Temanya pun beragam; dari pemahaman radikalisme, hingga pembahasan seputar isu pluralisme.
Dengan menjadi radio secara mandiri, Himmah juga bisa leluasa mengembangkan program acaranya dengan lebih variatif. Penyiar Himmah saat ini terdiri dari para mahasiswa pascasarjana dan beberapa mahasiswi untuk kajian keputrian. Ada kajian Tasawuf dengan materi Risalah Muawanah karya Imam al-Haddad, sejarah Rasul dengan objek kajian Sirah Muhammadiyah, hadis Riyadus al-Shalihin, dan juga biografi para Ulama. Bahkan kajian fikih pun, kini disiarkan secara bergilir dengan tiga bahasa; Jawa, Madura, dan Sunda. “Mayoritas pendengar Himmah kan memang masyarakat umum. Jadi, kajiannya pun harus menyesuaikan,” imbuh Idrus yang menjadi operator sejak 2010, setahun setelah dinyatakan lulus S1 Fakultas Syariah.
Menjelang usianya yang hampir memasuki tahun ketiga, Himmah punya target khusus. Tentu Himmah tak ingin stagnan. Perkembangan media online yang begitu pesat membuat Himmah ingin mengejar ketertinggalan. Karenanya, Ust.Ja'far Thoyyar MA yang pulang ke tanah air beberapa waktu lalu, mempunyai misi khusus untuk hal ini: memperluas jaringan Himmah. Ia telah menyiapkan mekanisme untuk membuat cabang Himmah secara khusus di Kota Pontianak. “Pembicaraan sudah dilakukan. Sekarang masih proses,” terang Idrus terkait rencana tersebut.
Ketika ditanya tentang target jangka panjang, pria jebolan pesantren Darut Tauhid, Malang itu menjawab, “Suatu saat Himmah harus bisa menyamai al-Jazeera. Bisa siaran lewat pemancar satelit,” pungkasnya lantas tersenyum kecil.
Di akhir kunjungan, secara khusus Ust. Faiz berpesan kepada seluruh mahasiswa Indonesia Universitas Al-Ahgaff untuk bahu-membahu dalam memajukan media dakwah ini. Karena bagaimanapun, Himmah adalah wahana dakwah yang memang didekasikan untuk para mahasiswa dan alumnus Al-Ahgaff. Terutama dalam rangka menyebarkan faham Ahlus Sunnah wal Jamaah kepada masyarakat Indonesia. Bahkan, dengan mimik serius, beliau menyampaikan kenginannya untuk mendirikan ruang siaran khusus di Tarim. Agar nantinya para mahasiswa S1 Fakultas Syariah dan Syariah wal Qonun juga bisa ikut menyemarakkan acara siaran. “Kalau memang rekan mahasiswa di Tarim sudah siap, kita bisa usahakan,” ujar salah satu pendiri organisasi Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (HIPMI) Yaman, yang saat ini telah berubah nama menjadi PPI Yaman itu mengakhiri. (Dzul Fahmi).Sumber www.himmahfm.com Radio Himmah Fm bisa langsung di dengarkan dihttp://www.himmahfm.com/ atau dengan winamp dan fotplayer via URL di: http://radiohimmahfm.serverroom.us:7744/listen.pls
Tidak ada komentar:
Posting Komentar