Minggu, 28 Juli 2013

Biografi Syaikhona Al-Habib Muhsin Bin Ali Al-Hinduan














       SEKILAS TENTANG RIWAYAT&KAROMAH             
“AL-ALLAMAH MUHSIN BIN ALI AL-HINDUAN RA”
Bismillaah Arrahman Arrahim
Alhamdulillah, Pujian tulus dan khusus bagi Allah Semata, Dia-lah sumber kebenaran Hakiki dan abadi. Dia pula yang membidikan cahaya petunjuk ke dada setiap mukmin. Bagi nya puja dan sembah dari seluruh makhluq yang tercipta.
Sholawat beserta salam , dari setiap hembusan nafas pencipta atas junjungan alam semesta Baginda Rasulullah  Sayyidina Muhammad ibni Abdillah juga keluarga dan sahabatnya.
Marilah sejenak kita bersama-sama mendengar dan merenungkan sekilas tentang riwayat Al-Marhum Al-Allamah Al-Habib Muhsin Bin Ali Al-Hinduan RA, guna dapat kita ambil I’tibar menjadikan sejarah  atau Riwayat para Salaf sebagai anak tangga yang dapat menghantar generasi-generasi setelahnya, dalam mentauladani akhlaq  dan pribadi Rasulullah  SAW. Tanpa berpegang kepada generasi terdahulu, maka generasi-generasi  baru akan kehilangan  prinsip dan arah.
          Inilah awal langkah kita untuk menulusuri secar singkat riwayat hidup dari Al-Marhum Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan. Beliau,  Al-Marhum Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan, adalah tokoh Mursyid yang di lahirkan  di pulau Madura , sebagaimana yang di amati oleh pengamat sejarah , bahwa pulau Madura merupakan tempat yang banyak memiliki nilai sejarah  dan para Tokoh legendaris , khususnya para Ulama dan Mursyid Thareqat.
          Demikian pula dengan Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan, yang tercatat sebagai salah satu Mursyid Thareqat Naqsyabandiyah Mudzhariyah. Dimana telah banyak orang faham bahwa Thareqat Naqsyabandiyah juga merupakan ajaran yang di akui kebenarannya oleh Jumhur Ulama, sebagaimana Thareqat-Thareqat yang lain, seperti : Alawiyah, Qodiriyah , Tijaniyah , Sammaniyah sebagainya. Sebab itulah Thareqat yang di ajarkan Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan hingga kini masih banyak di ikuti oelh masyarakat Indonesia.
Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan adalah putera dari Al-Habib Ali Al-Hinduan  yang dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1920 tepatnya di Desa Kepanjen Kabupaten Sumenep Madura. Kemudian enam tahun Setelah Beliau di lahirkan , bertepatan pada tanggal satu Agustus 1926,Beliau terdaftar sebagai siswa dari sebuah Madrasah Ibtida’iyah “Makarimul Akhlaq”. Disana Beliau pertama kali menimba ilmu pengetahuan Agama dalam beberapa tahun. Hal ini sesuai dengan apa yang beliau tulis sendiri dalam buku catatan Beliau, Sebagai berikut
رَأَيْتُ حَضْرَةَ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَاِلِهِ وَسَلَّمَ فِى اْلمَنَامِ مُسْتَلْقِياً عَلَى قَفَاه فِى اْلَمسْجِدِ اْلجَمْعِ سُوْمَنَفْ، وَحَوْلَهُ جَمَاعَةٌ مِنْ اَصْحَابِهِ فَأَمَرَنيِ اَحَدُهُمْ بِتَقْبِيْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ وَسَلَّمَ فَارْتَعَدَتْ مَفَاصِلِى هَيْبَةً مِنْهُ حَتَّى إِنْ تَبَهَتْ مِنَ المنام.وَقَعَتْ هِذِهِ الرُّؤْيَةُ وَكُنْتُ إِبْنِ تِسْعَةَ سِنِيْنَ تَقْرِيْبًا. وَكُنْتُ مُتَلَمِذًا بِمَدْرَسَةِ مَكَارِمِ اْلاَخْلاَق
“Aku bermimpi  melihat Rasulullah tengah berbaring dengan beralas punggung (terlentang) di Mesjid Jami’ Sumenep, sementara beliau dikelilingi oleh sekelompok Sahabatnya, kemudian seorang dari mereka memerintahkan agar aku mencium Beliau SAW. Maka gemetarlah selurus persendianku karena takut atas kehebatan yang terpancar dari Beliau , Sehingga aku terbangun dari tidur . Peristiwa ini terjadi di saat usiaku ,kira-kira 9 tahun. Dan di kala itu aku masih sebagai siswa di Madrasah “Makarimul Akhlaq”.
          Pada tahun 1937, di usia beliau yang ke 11, Beliau meninggalkan kota kelahirannya pergi menuju kota sampang untuk melanjutkan Studi dan sekaligus mengajar di sebuah madrasah “Imanuddin”.
          Satu hal yang juga menarik untuk kita ketahui, bahwa Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan juga mendapat ijazah Thareqat ‘Alawiyah dari Al-Allamah Al-Habib Abdullah Al-Haddad secara Ru’yah, sebagaimana yang di tulis sendiri oleh beliau dalam buku catatan pribadinya :
رَأَيْتُ حَضْرَةَ قُطْبِ اْلاِرْشَادِ الْحَبِيْبِ عَبْدَالله الْحَدَّادِ الْحَضْرَامِيْ فِيْ بَيْتٍ فَصَافحْتُهُ، فَأَمَّرَنِيْ بِالْجُلُوْسِ عَلَى كُرْسِيٍّ كَانَ عِنْدَهٗ. وَقَالَ لِيْ : بِمَا يَعُوْدُ اْليَهُوْدُ وَالنَّصَارَى اِلَى اْلإِسْلَامْ ؟ فَقُلْتُ : وَلَنْ تَرْضَ عَنْكَ اْليَهُوْدُ وَالنَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ. قَالَ : صَدَقْتَ ،وَأَيْنَ اْليَهُوْدُ وَأَيْنَ النَّصَارَى ؟ فَتَلَكْأَتُ فِى اْلجَوَابِ، فَقَالَ لِهَذَا ،أُشْرُبْ، وَقَدَّمَ اِليَّ فَنْجَانًاقَهُوة فَشَرِّبْتُهَا.
“Aku bermimpi melihat Al-Allamah Al-Habib Abdullah Al-Haddad    Al-Hadrami di sebuah rumah, maka aku bersalaman kepada beliau. Kemudian beliau memerintahkan aku untuk duduk di sebuah kursi yang ada di samping beliau. Dan beliau bertanya kepadaku, “dengan apa orang yahudi dan nasrani kembali ke islam ?”. Maka aku menjawab , ‘Dan selamanya Yahudi dan Nasrani tidak akan ridho kepadaMu (Muhammad) sehingga engkau mengikuti Agama mereka”.Beliau berkata, “Engkau benar” Kemudian beliau bertanya kembali, “dimanakah Yahudi dan Nasrani ?” Maka aku tak sanggup menjawab. Kemudian beliau berkata, oleh sebab ini , minumlah”. Lantas Beliau menyodorkan gelas berisi kopi dan aku meminumnya”.
          Dalam buku catatan beliau juga terdapat tulisan yang menerangkan secara langsung  tentang pemberian ijazah dari Al-Allamah Al-Habib Abdullah Al-Haddad.
رَأَيْتَهُ رَضِيَّ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا وَهُوَ خَارِجُ مِنْ قَبْرِهِ فَقَالَ قَدْ أَجَزْتُكَ فِى قِرَاءَةِ الرَّتِبِ وَاْلوِرْدُ الَّطِيْفْ بَلْ سَاىِٔرِ اَوْرَادِىْ.
“Aku melihat beliau (Al-Allamah Al-Habib Abdullah Al-Haddad) pula dalam mimpi seakan beliau keluar dari kuburnya dan beliau berkata kepadaku : “aku telah ijazahkan kepadamu di dalam pembacaan Ratib AlHaddad dan Wirid Al-Latif bahkan seluruh wirid-wirid ku”

            Mari kita lihat lebih jauh pribadi Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan  RA, melalui sejarah hidupnya yang indah dengan dasar kelayakan dan kelebihan Beliau dalam memenuhi persyaratan sebagai seorang  Mursyid Thariqat. Al-Allamah Al-Habib Muhsin merupakan figur yang memiliki penguasaan baik terhadap syariat, lebih-lebih dalam masalah Thariqat. Maka sangat wajar bila Allah SWT, meangakat Beliau di mata manusia, sehingga beraneka ragam bentuk.

                Penghormatan yang mereka tujukan kepada Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan RA baik secara  lisan maupun tulisan. Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan di hormati bukan hanya atas dasar keilmuan namun juga dasar akhlaq dan penghormatannya terhadap orang lain. Beliau senantiasa menghormati seluruh lapisan masyarakat  yang ada baik dari tokoh ulama sampai kalangan masyarakat awam. Sungguh ini merupakan contoh dan sikap diri yang baik dari beliau RA, sehingga kita bisa mengambil tauladan dalam hal ini.
            Pada usia beliau yang ke 37, tepat pada tahun 1957, Beliau mengunjungi seorang guru Mursyid dari Thareqat Naqsyabandiyah Kholidiyah , Yaitu Prof. Dr. Jalaluddin Bukit Tinggi, di Sumatra untuk mendapatkan pelatihan (khalwat) . Maka dalam waktu yang singkat, Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan dapat menyerap sengan baik segala didikan dari guru Mursyid Kholidiyah tersebut.
          Kemudian pada tahun 1959, Beliau membuka Majelis pusat Thareqah Naqsyabandiyah di Sumenep Madura. Inilah awal pernyataan untuk tampil, maka bendera yang beliau terima dari guru-guru Mursyidnya mulai di kibarkan. Misi agung Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan mulai berhembus rata di pulau Madura dan membias ke luar pulau Jawa. Langkah panjang dalam penyebaran Thareqat Naqsyabandiyah dapat menjangkau pulau Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah , Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan. Di pulau-pulau itulah ,pasak-pasak di tancapkan dan benang emas di rentangkan. Sulaman Ilahiyah yang di percayakan kepada Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al-Hinduan RA mulai di rajut, maka terlihat jelas misi Beliau hanya untuk memproklamirkan dzikrullah sebagai pangkalan dakwahnya.
Dari relung hati Beliau yang terdalam dan karena belaian kasihan Allah kepada Beliau maka terpatri sebuah tekad untuk menghabiskan usianya dalam pengabdian kepada Allah. Usaha dan semangat Beliau membaja menjelma sebuah realita sejarah yang sulit untuk di pungkiri. Perjuangan panjang itu memerlukan pengorbanan, di mana aneka rintangan ibarat gunting-gunting tajam yang siap memotong jalur-jalur beliau.Musuh-musuh mengintai dari persembunyian ,mereka memasang jebak dan ranjau untuk meledakkan risalah Allah yang di pikul oleh Beliau.
          Terkadang senyuman tersirat di kedua bibibrnya, sementara hati luka oleh derita. Al-Allamah Al-Habib Muhsin pernah di persalahkan, di fitnah dengan berbagai tuduhan serta kemudian di penjarakan. Kejadian ini telah banyak di dengar dan disaksikan oleh sejumlah orang. Dan salah satu bukti tertulis dalam surat Beliau yang mengisyaratkan tentang penderitaan dan pengalaman Beliau sendiri selama dalam penjara. Diantaranya Beliau menyebutkan, “ Aku telah mendapatkan berbagai pengalaman ruhaniyah yang mana tidak aku dapatkan diluar penjara, hingga terlintas keinginan bagiku untuk  tidak keluar dari penjara”.
            Adapun sebagian dari pada pengalaman yang Beliau peroleh dalam penjara yakni seringnya ruhaniyah para leluhur Beliau datang mengunjungi dan sekaligus menghibur hati Beliau. Di antara para ruhaniyah tersebut adalah Al-Imam ‘Ali bin Abi Thalib AS, Sayyidah Fatimah Az-Zahra AS dan Baginda Rasulullah SAW. Begitu pula Nabiyullah Yusuf AS yang turut hadir menenangkan jiwa Beliau. Kejadian ini terdapat dalam buku catatan Beliau sebagai berikut :
 رَأَيْتُ أَيْضًا سَيِّدِنَا يُوْسُفَ اَلصِّدِيْق عَلَى نَبِيِّنَا وَعَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ فَسَلَّمَ عَنِّى وَقَال حَالُكَ كَحَالِي
“Aku juga bermimpi nabi Yusuf AS. Beliau mengucapkan salam kepadaku sembari bersabda, “Keadaanmu serupa dengan keadaanku”.
            Beliau Al-Allamah Al-Habib Muhsin RA, telah melatih ribuan lidah dan mata hati murid-muridnya untuk berdzikir kepada Allah SWT. karena kecintaan Beliau kepada muridnya, maka dikunjunginya setiap tempat dimana mereka tinggal. Di sana Beliau RA memberikan pengarahan serta pendidikan agar murid-muridnya yang awam dapat mengenal Allah SWT. lidah dan hati mereka yang sebelumnya kaku lagi keras, kini mejadi lincah dan gesit dalam menyebut Asma Allah SWT. Dzikir yang dahulu asing bagi mereka, kini  menjadi hiasan di dalam dada-dada mereka. Sebuah hal penting  yang perlu kita catat. Bahwa Al-Allamah Al-Habib Muhsin Al- Hinduan menjaga murid-muridnya dengan cinta dan waspada. Tak  jarang Beliau RA, menolong hati muridnya yang mulai berkarat untuk segera dibersihkan kembali dengan Tawajjuhnya, hingga mereka merasakan bekas-bekas dzikir yang Beliau hujamkan ke setiap hati dan jiwa.
            Maka mereka menangis karena terasa Allah SWT ternyata ada dan hudhur dalam sanubari mereka. Dzikir-dzikir itu menggoyak lapisann-lapisan hijab, mata hati mulai terbelalak . Ribuan rahasia di balik alam maya ini terlihat jelas . Langit terbelah hingga lapis yang ke tujuh, alam di mana para malaikat bermukim dapat di singgahi . Titian sirath yang membentang di datangi . Surga dan Neraka bukan sekedar kata tapi keduanya memang tertera nyata.
             Al-Allamah Al-Habib Muhsin telah memberikan sebuah cara bagi murid-muridnya untuk meraih kesucian hati dengan dzikrullah, hingga terpancar sinar ketenangan dan terbukanya perkara di luar alam meteri. Kejadian ini merupakan pemberian Allah kepada beberapa muridnya. Al-Allamah Al-Habib Muhsin juga sempat mengabadikan satu di antara pengalaman-pengalaman pribadinya , beliau menuliskan sebagai berikut :
رَأَيْتُ عَلَيْهِ وَاَلِهِ اَفْضَلُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَام وَهُوَ رَجُلٌ طَوِيْلٌ جَاءَ مِنَ الشَّرْقِ وَعَلَى كَتِفِهِ اْلأَيْسَرِ رِدَاءَه الصّفْرَاء فَقَالَ لِي : اَنَا رَسُوْلُ الله اِلَيْكَ أَمَرَنِى اَنْ أَخُذَكَ اِلَى السَّمَوَاتِ السّبْعِ وَاْلأَرْضِيْنَ السَّبْعِ . فَقُلْتُ : سَمْعًا وَطَاعَةً للهِ وَلَكَ يَا رَسُوُلُ الله  فَأَخَذَنِي  وَحَمَلَنِي وَطَافَ بِي الَى السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ وَاْلأَنْهار وَكَانَ صَلّىَ الله عَلَيْهِ وَ اِلِهِ وَسَلَّمَ بدلث ظُهْرِي قَاىِٔلًا لِتَكُوْنُ ظَاهِرًا عَنِ اْلأَوْسَاخِ وَاْلأَقْدَار
“Aku telah bermimpi melihat Rasulullah SAW, dan beliau menyerupai laki-laki yang tinggi datang dari arah timur dan pada pundaknya terdapat selendang kuning kemudian bersabda kepadaku , “Aku adalah utusan Allah untukmu dan Aku di perintahkan untuk membawamu ketujuh lapis langit dan ketujuh lapis bumi”. Aku berkata , “Aku dengar dan aku berpatuh diri pada Allah dan padamu wahai Rasulullah”. Kemudian Beliau membawa diriku dan mengelilingi lapisan langit, lapisan bumi serta sungai-sungai. Dan adapun Rasulullah SAW. Mengusap punggungku seraya bersabda, “ Agar engkau menjadi bersih dari segala kotoran dan noda”.
            Maha suci Allah yang telah menganugerahkan berbagai kenikmatan secara jasmaniyah dan ruhaniyah kepada hamba-hamba yang di kehendakinnya.
3 MEI 1980
DETIK-DETIK TERAKHIR
           
Desir angin kepedihan dan kesedihan  merambah rendah  ke permukaan bumi...
Kepakan sayap –sayap burung , ringan membawa tubuhnya yang kecil, namun kicauan mereka memilukan.
Bayang-bayang awan menutup , suramkan sinarnya mentari yang sampai ke bubung atap sebuah rumah sakit di daerah sungai jawi  (Pontianak).
Disana, di sepetak ruang gawat darurat, tubuh Guru yang mulia terbaring lemah , tanda-tanda perpisahan di isyaratkan 
Walau tangannya tidak melambai sebagai tanda prpisahan , tapi kedua matanya yang indah merapat dalam pejaman rahmat Allah SWT.
Ada yang menduga sang Guru masih belum tiada , karena detak lathifahnya masih nyata.
Bagi kami, gerakan lathifah Guru bukan bukti bahwa Beliau akan kembali.
Kami tahu bahwa beliau telah pergi.
Kami sadar guru kami telah tiada , tapi mata dan hati tak siap berpisah.
Terbentik hasrat untuk diam, duduk dalam kebisuan walau sang pakar telah pergi dari panggung sejarah.
Walau kami buta , tap kami yakin , bahwa Ar-Rasul, Amirul mukminin dan Sayyidah Fatimah hadir untuk menjemput darah dagingnya.
Janji leluhurnya untuk menimang jiwa sang Dzurriyah pasti terwujud.
Haruskah kami menahan  Ruhaniyyin yang lebuh berhak atas guru kami ?
Demi Allah, Baginda Rasul lebih berhak atas diri Beliau.
Walau kami tak mendengar  sabda Ar-Rasul kala itu... tapi kami percaya beliau Bersabda , “Akankah kubiarkan  Muhsin Cucuku ini terus
menderita dengan fitnahan, sementara ia mengajarkan dzikrullah dan
menanamkan mahabbah kepadaku? Aku lebih mencintainya , daripada
kecintaan kalian selaku murid yang masih patut di pertanyakan.
Lihat putriku Fatimah saat akan wafat ....
Putriku menangis memangil-manggil aku , untuk melepaskan dirinya
Dari fitnah.
Lihat saudaraku Ali dan kedua cucuku Al-Hasan Wal Husian....
Mereka bukan hanya di fitnah , akan tetapi mmereka juga dianiaya.
Fitnah senantiasa mengejar keluarga dan anak cucuku”.
Kita semua para pecinta tahu bahwa :
Rasulullah menyambut maut dalam dzikrullah
Sayyidah Fatimah Az-Zahra , putri tercinta Nabi melepas jiwa bersama
Dzikrullah ....
Amiril Mukminin Ali Bin Abi Talib syahid dalam tebasan pedang seiring
Dzikrullah ....
Al-Hasan, terbaring dengan sekujur  tubuh membiru dalam nuansa
Dzikrullah ....
Al-Husain cucu tercinta , gugur tanpa kepala bersimbah darah dalam seiring dzikrullah ....
Guru kami adalah Dzurriyah mereka .....
Guru kami pejuang dan pecinta dzikrullah .....
Guru kami pergi menemui Leluhurnya .....
Beristirahat dalam pelukan  rahmat Allah ....
Guru kami berbekal dzikrullah .....
Lebih dari 30 tahun menyebut Asma kekasihnya ....
Dan mengajarkan Asma kekasihnya kepada murid-muridnya ....
Kini pemilik Asma itu merindukan Guru .....
Guru meninggalkan kami karena panggilan Allah ....
 Jasad beliau itu milik Bumi
Kami tak bisa bertanya , “apa warisan untuk kami ?”.
Kami malu karena kami tahu,
Sang guru bukan pecinta harata .....
Gur kami pecinta Allah dan Rasul-Nya ....
Hanya dzikrullah dan shalawat menjadi milik kami .....
Duhai permata hidup kami ....
Duhai pecinta cinta  Rabbani ....
Engkau telah meninggalkan diri kami     
 Di saat cinta baru tumbuh .....
Di waktu kami tidur,
Engkau bangunkan kami ....
Belum sempat kami bangun,
Engkau mengajak kami berdiri,
Belum sempat kami berdiri,
Engkau mengajak kami berlari ....
Belum sempat kami berlari,
Engkau telah pergi ....
Sungguh cepat janji Allah SWT  padamu wahai Guru ....
Kami hanya mampu berucap,
“Selamat jalan ......... dan nantikan kami di pintu Ilahi.
Doakan kami wahai Guru,
Agar bai’at yang kami ucapkan tidak akmi ingkari.
Agar kami beserta keturunan kami dapat bertahan menjaga amanat
Dzikrullah dan mahabbah terhadap baginda Rasul serta Ahlul Baitnya”.
Amiiin  Yaa Robbal Aalamiin.


Di tulis pada 11 ramadhan 1434 H .20 juli 2013 M.
Di ambil dari buku “Harumnya jalan menuju Allah”





Sabtu, 27 Juli 2013

Qodho' shalat lima waktu

SHOLAT QODHO
Di anjurkan melakukan sholat qodha, lima waktu (Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya, dan Subuh) setelah shalat Jum’at terakhir di bulan Ramadhan.
Para salafus Shaleh berkata: “lakukanlah qodho’ sholat fhardu lima waktu pada hari Jum,at terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Al-Imam Al Qutub Syekh Abu Bakar Bin Salim ra (Wafat di kota Inat, Hadramaut, Yaman)”.
Adapun cara melaksanakannya adalah : di mulai dengan shalat Dzuhur, Kemudian Ashar , Magrib, Isya , dan terakhir Subuh , di anjurkan di laksanakan secara berjamaah dan boleh juga di lakukan secar Munfarid ( sendirian ).
          Ketahuilah !! Syekh Abubakar Bin Salim ra berkata: “Tidak  di perbolehkan dan termasuk dosa besar jika seorang sengaja meninggalkan shalat fardu selama setahun dengan niatan hanya ingin mengqodho’ nya  pada hari Jum’at terkhir dalan bulan Ramadhan.
          Ketahuilah !! Disamping shalat ini telah dilakukan oleh Salafus Shaleh yang mempunyai Ilmu yang sangat luas , dan ketakwaan yang sangat tinggi, serta rasa takut  kepada Allah yang sangat dalam, juga mereka memiliki nilai yang tinggi dalam mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah SAW, Para fuqaha’ (Ahli ilmu fiqih juga menjelaskan bahwa di sunnahkan bagi seseorang muslim yang mempunyai semangat dalam beribadah untuk mengqodho’ shalat yang telah di tinggalkannya , semenjak lahir sampai baligh, agar seluruh umurnya dalam keadaan beribadah, sebagaimana yang di sebutkan di kitab-kitab para fuqoha’, di antaranya di sebutkan dalam kitab Busyrol Karim baba shalat:
وَيُسَنُّ قَضَاءُ مَا فَاتَهُمَا فِيْهِ وَلَوْ قَبْلَ التَّمْيِيْز
Artinya: “dan disunnahkan untuk mengqodho’ shalat yang di ringgalkan pada masa kecil, juga pada masa mumayyiz”
          Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita semua dan memasukan kita ke dalam golongan hamba-hamba yang di cintai-Nya berkat Nabi  Muhammad SAW dan Syekh  Abu Bakar Bin Salim ra. Amin Ya  Rabbal ‘Alamin.
Di ambil dari buku kunuzul khasinhah fi ad’yatis saminah karya Sayyid Muhammad Amin Bin Idrus Bin Abdullah Bin Umar Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim.
Di tulis pada tanggal 28 Juli 2013 bertepatan 19 sya’ban 1434 Hijriah                  

Cara Berdzikir Ismu Dzat Allah-Allah



KAYFIAT BERDZIKIR LAFZHUL JALALAH
ISMU DZAT  ( ALLAH-ALLAH)
           
            Bilamana seorang murid hendak mengamalkan dzikir Ismu Dzat (Allah - Allah), maka dia harus mempunyai wudhu dan duduk menghadap kiblat seperti duduknya orang bertahiyat akhir di waktu sholat,dengan menyatukan pikiran kepada Allah SWT. Kemudian mulai dengan membaca Istighfar, memohon ampun kepada Allah SWT dengan hati yang hudlur, merasa malu dan hina diri atas segala dosa yang diperbuatnya terhadap Allah dengan mengucapkan :
 اَلْفَاتِحَةْ : بِالْقَبُوْلْ وَتَمَامِ كُلِّ سُؤْلٍ وَمَأْمُوْل  وَاِلَى حَضْرَةِ الرَّسُوْل صَلَّى الله عَلَيْهِ  وَاِلِه وَسَلَّم
اَللّٰهُمَّ يَا مُفَتِحَ اْلَابْوَابْ وَيَا مُسَبِّبَ اْلاَسْبَابْ وَيَا مُقَلِّبَ اْلقُلُوْبِ وَاْلاَ بْصَار وَيَادَلِيْلَ اْلمُتَخَيِّرِيْن وَيَاغِيَاثَ اْلمُسْتَغِيْثِيْنَ اَغِثْنَا تَوَكّلْنَا عَلَيْكَ.
يَا رَبِّ وَفَوَّضْنَا اَمْرَاَنا إِلَيْكَ يَا فَتَّاحُ يَا وَهَّابُ يَا بَاسِطُ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَعَلَى اِلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَلْحَمْدُ لله الرَبِّ اْلعَالمِيْنَ.
اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الْذِ ي لَااِلَهَ إِلاْهُوَالْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَ أَتُوْبُ اِلَيْهِ
Sebanyak dua puluh lima kali (25X)
Disini murid akan mendapatkan tanda apakah permohonan ampunannya diterima Allah atau tidak. Adapun tanda bahwa petmohonannya diterima ialah hati merasa hina dan pecah, bahkan kadang-kadang sampai menangis.
Setelah membaca istighfar dua puluh lima kali atau lebih, maka kemudian menghadirkan Rasulullah SAW yang seakan-akan beliau duduk dihadapannya. Menghadirkan Rasulullah dengan mohon pertolongan dan niat menghadap nur yang telah dituangkan Allah ke Qalbi Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah terasa hadir maka murid langsung membaca :
 ( x)  اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

 اللّٰهُمَّ صلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مِفْتَاحِ بَابِ رَحْمَةِ اللهِ عَدَدَ مَا فِي عِلْمِ اللهِ صَلَاةً وَسَلَاماً دَاىِٔمَيْنِ بِدَوَامِ مُلْكِ الله          (١٠x)
الفاتحة . . .                     x)
 قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدْ                 x)                         
 قلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ اْلفَلَقْ           x)
 قلْ  أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ         ( ١x)
  ايُة  اَلْكُرْسِى                    x)
Terus  mengangkat tangan dan berdoa seperti ini :
اَوْصِلِ اللّٰهُمَّ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُهُ إِلَى رُوْحِ سَيِّدِ اْلمُرْسَلِيْنَ وَشَفِيْعِ اْلمُذْنِبِيْنَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَإِلَى اَرْوَاحِ  اَلِهِ وَ اَصْحِابِهِ وِاَزْوَجِهِ وَذُرِّيَاتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ الطَّاهِرِيْنَ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التّٰابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْن
ثُمَّ اِلَى اَرْوَاِح اَبَاىِٔهِ وَإِخْوَانِهِ مِنَ اْلَا نْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلمَلَا ىِٔكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ ثُمَّ اِلَى اَرْوَاحِ اَوْلِيَاءِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ خُصُوْصاً اِلَى سَادَاتِنَا اْلعَلَوِيِّيْنَ وَالنَّقْشَبَنْدِيِّيْنَ اَلْمُحْسِنِيِّيْنْ رِضْوَانُ الله تعالى عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ فَأَسْأَلُكَ اَللّٰهُمَّ اَتَوَّسَلُ إِلَيْكَ بِأَسْرَارِكَ
اْلمَوْدُوْعَاتِ فِى الطّرِيْقَتَيْنِ الشَّرِيْفَيْنَ وَبِجَاهِ السَّادَاتِ اْلعَلَوِيِّيْنَ النَّقْشَبَنْدِيِّيْنَ اَلْمُسَلْسِلِيْنَ بِالسَّيِّدِ اْلفَقِيْرْ حَيْدَرَةْ بِنْ اَلسَّيِّدْ مُحْسِنْ اَلْهِنْدُوَانْ  عَفَى اللهُ عَنْهُمَا وَاُصُوْلِهُمُاَ وَفُرُوْعِهُمَا وَاِحَّبَاىِٔهُمَا وَاْلمُسْلِمِيْنْ.


Seusai di baca, maka kedua mata di pejamkan miring kesebelah kiri ,ujung hidung di luruskan dengan kedua sisi, Bibir dan gigi di rapatkan, pikiran di tenangkan, di satukan dihadapan ke Lathifah Al-Qalbi. Inilah yang di sebut Al Wukuf Al-Qalbi
Setelah benar-benar tenang  dan pikiran telah menyatu ke Latifhah Al-Qalbi, maka murid lalu menghadirkan wajah Guru Mursyid yang memeberi bai’at dan talqin dzikir  tadi dengan niat menadah nurul ma’rifah dari  Qalbi Rasulullah SAW yang mengalir melalui lathifah para Guru Mursyid sampai pada lathifah si murid.

Menghadirkan wajah Guru ini disebut Rabithah, sedang menadah nur disebut Istimdat. Setelah melakukan Rabithah dan Istimdat maka, murid terus bermunajat mengadu kepada Allah di dalam hati seperti ini :

 اِلٰهِي اَنْزِلِ اْلفَيْضَ عَلَى لَطِيْفَةِ قَلْبِى كَمَا اَنْزَلْنَهُ عَلَى لَطِيْفَةِ قَلْبِ سَيِّدِنَا اَدَمْ عَلَيْهِ السَّلَامْ مِنْ نُوْرِ لَطِيْفَةِ قَلْبِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ صَلّٰى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ بِوَاسِطَةِ سَادَاتِنَا اْلعِظَامْ وَمَشَاىِٔخِنَا اْلكِرَامْ رِضْوَانُ اللهِ تَعَالَى عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ
إِلَهِى اَنْتَ مَقْصُوْدِي وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِي اَعْطِنِي مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكْ

Artinya : “Ya Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud dan keridhoan-Mu yang aku tuntut, berikanlah kepadaku kecintaan akan Engkau dan pengenalan akan Engkau.”
Selanjutnya mulai melakukan dzikir Allah Allah Allah dengan lisan hati di sertai fikiran yang bersih, sengaja dan memukulkan dzikir itu pada lathifah Al-Qalbi hingga terasa panasnya dzikir dalam lathifah tersebut. Maka bila tidak ada rasa panas dalam lathifah adalah  pertanda bahwa dzikir itu tidak masuk. Jadi seharusnya murid menguatkan pukulan kedalam lathifah.

Setelah hitungan dzikir mencapai seratus atau dua ratus, maka murid diharuskan membaca munajat seperti munajat tersebut diatas satu kali, kemudian diteruskan dzikir sampai mencapai hitungan yang dikehendaki. Dalam melakukan dzikir ini tetap diharuskan mencukupi syarat-syarat yang delapan macam sebagaimana telah diterangkan di muka.


دُعَاء بَعْدَ الذِّكْر
اَللّٰهُمَّ ثَبِّتْ عِلْمَهَا فِى قَلْبِى وَاغْفِرْلِى ذَنْبِى وَاغْفِرْلِى لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَقُلِ الْحَمْدُ لله وَسَلَامٌ عَلَى عِبَادِهِ الًذِيْنَ اصْطَفَى اَللّٰهُمَّ حَقِّقْنِي بِحَقَاىِٔقِهَا وَرَقَاىِٔقِهَا وَدَقَاىِٔقِهَا وَاَحْيِنِي عَلَيْهَا  يَا حَيُّ وَاَمِتْنِي عَلَيْهَا يَا مُمِيْتُ وَابْعَثْنِي عَلَيْهَا يَا بَاعِثُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر وَالْحَمْدُ لله الرَّبِّ الْعَالَمِيْن

di ambil dari buku " harumnya jalan menuju Allah" karya Al-Habib Muhsin Al-Hinduan. dan Khulasah "Mamadun Nabawy" karya Al-Habib Haidarah Muhsin Al-Hinduan